MALANG - Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) menjalin kerjasama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur melalui UPT Produksi Ternak dan Hijauan Pakan Ternak (UPT PT HMT) Singosari. Kesepakatan yang akan dilakukan ialah mengembangkan standar bibit kambing yang ada di UPT Pengembangan Kambing, Singosari.
Tim yang terlibat adalah Prof. Suyadi (Ahli Reproduksi Ternak dan Genetika molekuler), Dr. Tri Eko Susilorini (Ahli Ternak Perah), Dr. Kuswati (Ahli Ternak Potong), Dr. Irida Noviati, Wike Andre Septian, M.Si (ahli manajemen ternak ruminansia) dan Dr. Ahmad Furqon (Ahli Pemuliaan dan Genetika Molekuler).
Kepala UPT Pengembangan Kambing, Ir. Abd Rokhim mengungkapkan permasalahan yang dihadapi adalah pengembangan bibit hingga pengambilan keputusan yang cepat dan akurat.
“Sampai saat ini data yang ada, diambil dari pencatatan secara manual dari berbagai kegiatan seperti sistem persilangan, data konformasi tubuh, order pakan, manajemen pakan, perkandangan, data pertumbuhan, grading kualifikasi ternak, data pemuliaan, data reproduksi dan data lain. Data dicatat dalam lembaran kertas atau dimasukkan dalam dokumen exel, sehingga belum bisa memberikan informasi. Data produksi susu dari induk juga belum didokumentasikan secara rapi, ” jelasnya.
Prof. Suyadi selaku ketua tim mengatakan bahwa permasalahan tersebut adalah manajemen data. Ia menawarkan suatu gagasan untuk menciptakan sistem aplikasi program manajemen breeding dan pengembangan berbasis digital yang dikenal dengan “digital smart farming”.
“Pada prinsipnya, sistem aplikasi ini adalah penerapan teknologi IoT (Internet of Thing). Teknologi yang dikembangkan berbasis aplikasi pada Android yang akan merangkum semua data lapangan dan semua data manajemen peternakan kambing. Dengan basis Android, maka tenaga teknis lapang bisa memasukkan data langsung saat pengamatan, penimbangan, pengukuran dan pemeriksaan, ” papar Suyadi
Di sisi lain keuntungan sistem itu, pimpinan dan para tim manajemen langsung bisa mengontrol perkembangan peternakannya dengan menggunakan HP sewaktu-waktu. Sehingga keputusan dapat diambil kapan dan dimana saja secara akurat.
Sebagai ahli reproduksi dan breeding, Suyadi juga menyarankan agar UPT Ternak Kambing Singosari yang memiliki populasi lebih dari 400 ekor sudah harus memulai menentukan arah breeding yang jelas. Sehingga akan ada target bibit yang akan dihasilkan, seperti tipe perah yang berbasis genetik kambing Senduro (berwarna putih bersih), dan kambing tipe pedaging yang berbasis genetik Kambing Boer dan Kambing PE Galigesing. (Suyadi/dta/Humas UB)